HUMANIORA – (7/7/2025) Menghadapi gelombang perubahan global di abad ke-21, mahasiswa tidak cukup hanya berbekal kemampuan akademik. Mereka juga dituntut adaptif, visioner, dan memiliki daya saing lintas negara. Menyadari urgensi tersebut, Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Kompetensi, Peluang, dan Tantangan Global Mahasiswa Fakultas Humaniora di Abad 21”, Senin, 7 Juli 2025.
Baca juga:
- Komunikasi Jadi Bekal Strategis Mahasiswa Humaniora Jalani PKL
- Humaniora Gelar Rapat Koordinasi PKL, Wadek I Soroti Peran Strategis DPL
Kegiatan yang digelar secara daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan Tantowi Yahya, Presiden Komisaris Kawasan Ekonomi Khusus Kura Kura Bali sekaligus Presiden UID (United In Diversity) Foundation. Sosok publik yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Samoa, dan Tonga periode 2017–2021 ini diundang untuk memberikan pandangan strategis mengenai arah pengembangan kompetensi mahasiswa humaniora di tengah konstelasi global.
Acara ini diikuti oleh segenap pimpinan fakultas, dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa dari dua program studi utama Fakultas Humaniora: Bahasa dan Sastra Arab serta Sastra Inggris.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol, menyampaikan bahwa forum ini merupakan bagian dari proses reflektif dan strategis dalam evaluasi kurikulum yang dilakukan setiap empat tahun. “Kami melihat pentingnya menghadirkan perspektif dari pihak eksternal yang memiliki pengalaman luas di kancah global. Dalam hal ini, kehadiran Pak Tantowi sangat kami apresiasi,” ujarnya.
Fakultas Humaniora saat ini membina 1885 mahasiswa, dan telah merancang enam mata kuliah profesi berbobot 16 SKS, yang meliputi bidang: pariwisata, diplomasi, jurnalistik, pengajaran, perfilman, dan terjemahan. Menurut Dr. Faisol, seluruh mata kuliah tersebut dirancang untuk membekali mahasiswa dengan keahlian praktis dan kompetensi profesional yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.
“Kami berharap masukan dari Pak Tantowi dapat menjadi bahan pertimbangan berharga dalam merancang kurikulum yang lebih adaptif terhadap perkembangan global. Terutama untuk memastikan bahwa alumni kami memiliki kesiapan menghadapi dunia kerja yang tidak lagi dibatasi oleh sekat geografis,” tambahnya.
Dalam forum tersebut, Tantowi Yahya menyoroti pentingnya mahasiswa humaniora untuk berpikir global tanpa kehilangan akar budaya dan nilai-nilai lokal. Ia menekankan bahwa keunggulan kompetitif tidak hanya ditentukan oleh kecakapan teknis, tetapi juga oleh kemampuan berkomunikasi lintas budaya, jejaring internasional, serta integritas personal.
“Di era sekarang, mahasiswa harus menjadi bagian dari solusi global. Dunia terbuka lebar, dan tantangan tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan tunggal. Dibutuhkan kolaborasi, kreativitas, dan semangat untuk terus belajar,” ungkap Tantowi.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan peluang-peluang internasional seperti program pertukaran pelajar, partisipasi dalam forum multikultural, hingga jejaring kepemudaan dunia. “Menjadi mahasiswa humaniora bukan berarti menjadi penonton global. Justru kalian adalah aktor penting dalam membangun kemanusiaan yang adil dan beradab di tengah perubahan zaman,” pesannya.
Melalui kegiatan ini, Fakultas Humaniora berharap dapat memperkuat arah pengembangan kurikulum yang relevan dengan tuntutan global sekaligus mengembangkan mahasiswa sebagai insan akademik yang berdaya saing tinggi dan berwawasan dunia. (al)