Thought-Leadership di Era Tantangan Global: Membaca Dunia, Memimpin dengan Gagasan

HUMANIORA – (19/5/2025) Di tengah gelombang tantangan global yang semakin kompleks, peran thought-leadership atau kepemimpinan pemikiran menjadi semakin mendesak untuk diangkat dan dimaknai ulang. Dalam forum akademik yang diselenggarakan baru-baru ini, Prof. Dr. Azhar Ibrahim, akademisi senior dari Department of Malay Studies, National University of Singapore (NUS), menyampaikan materi reflektif bertajuk "Reading the Word and the World: Thought-leadership in the Era of Global Challenges". Materi ini menekankan pentingnya kepemimpinan berbasis gagasan di tengah dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya global yang terus berubah.

Baca juga:

Mengutip Paulo Freire, Prof. Azhar membuka dengan sebuah pandangan fundamental: “To exist, humanly, is to name the world, to change it”—bahwa keberadaan manusia yang sejati adalah ketika mampu memberi nama dan mengubah dunia. Dalam kerangka ini, kepemimpinan pemikiran bukan sekadar peran formal atau jabatan struktural, melainkan sebuah proses intelektual yang menuntut keberanian moral, ketajaman berpikir, dan orientasi untuk merekonstruksi realitas.

Menurut Azhar, thought-leadership yang sejati muncul dari kemampuan membaca “kata” dan “dunia”—yakni kemampuan memahami teks dalam konteks sosialnya, menggali makna di balik kata-kata, serta mengaitkannya dengan kondisi riil masyarakat. Kepemimpinan gagasan bukan hanya milik ranah politik atau ekonomi sebagaimana lazim dipahami, tetapi juga perlu dikembangkan dalam bidang pendidikan, kebudayaan, lingkungan, dan ruang-ruang sosial lainnya yang selama ini kurang mendapatkan perhatian serius.

Dalam materi tersebut, Prof. Azhar juga menggarisbawahi tantangan-tantangan global yang dihadapi umat manusia saat ini, seperti ketimpangan ekonomi akibat sistem neoliberal, degradasi lingkungan yang paling merugikan kaum miskin, konflik bersenjata yang memicu kelaparan dan pengungsian, diskriminasi gender, perdagangan manusia, eksploitasi buruh, hingga hegemoni pemikiran Eropa yang menjajah cara pandang bangsa lain. Semua itu menuntut hadirnya figur-figur pemimpin pemikiran yang berani bersikap, bersuara, dan menawarkan solusi yang berakar pada nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan keberlanjutan.

Prof. Azhar menekankan bahwa seorang thought-leader seharusnya memiliki integritas moral, kepekaan sosial, keluasan wawasan, serta keberanian untuk tampil independen di tengah arus dominasi. Mereka tidak hanya peka terhadap krisis masa kini, tetapi juga mampu membayangkan masa depan dan merumuskan jalan keluar yang realistis dan humanis. Sosok seperti ini akan tampak sosiologis, berakar dalam budaya, berpijak pada sejarah, dan memiliki cakrawala keadilan yang bersifat universal.

Namun, kemunculan kepemimpinan semacam ini tidak terjadi begitu saja. Ia tumbuh dalam iklim sosial-politik dan budaya yang mendorong berpikir kritis dan otonom, dalam ruang demokratis yang menghargai pluralitas gagasan, serta dalam tradisi intelektual yang terbuka dan progresif. Sebaliknya, kepemimpinan pemikiran akan terhambat dalam konteks otoritarianisme, sempitnya ruang ekspresi, lemahnya budaya intelektual, serta ketika elit kekuasaan mencurigai atau bahkan memonopoli produksi pengetahuan.

Dalam penutupnya, Prof. Azhar menyerukan pentingnya membudayakan thought-leadership sebagai daya dorong kolektif menuju peradaban yang lebih adil, inklusif, dan visioner. Membaca dunia dan membaca kata tidak bisa dipisahkan; memahami realitas dan menciptakan makna adalah tugas utama kaum intelektual dan warga dunia yang bertanggung jawab. Sebab, sebagaimana dikatakan Freire, “Reading the world always precedes reading the word, and reading the word implies continually reading the world.”

Dengan demikian, materi yang disampaikan Azhar Ibrahim bukan hanya sebuah paparan ilmiah, tetapi juga panggilan moral untuk membentuk generasi pemimpin pemikiran yang mampu menjawab tantangan zaman melalui kekuatan ide dan integritas kemanusiaan. (al)

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id