Bu Syafiyah di Mata Para Kolega: Sosok Cerdas, Tangguh, dan Menginspirasi

HUMANIORA – (16/5/2025) Kenangan akan sosok almarhumah Dr. Hj. Syafiyah, MA., tidak hanya hidup dalam lingkaran keluarga dan sahabat, namun juga begitu kuat terpatri di hati para kolega dan tokoh-tokoh penting yang pernah bersamanya dalam dunia akademik, sosial, maupun keagamaan. Dalam sesi testimoni yang sarat haru dan makna, berbagai tokoh memberikan kesaksian atas keteladanan, kiprah, dan dedikasi almarhumah semasa hidupnya—sebuah sosok yang bukan hanya penuh kebaikan, tetapi juga menjadi inspirasi lintas generasi.

Baca juga:

Salah satu testimoni datang dari Prof. Dr. KH. A. Muhtadi Ridwan, M.Ag., Rois Syuriah PCNU Kota Malang, yang menyoroti karakter unggul almarhumah sebagai pribadi yang pekerja keras, santun, dan memiliki daya kritis yang tajam. Tak hanya itu, almarhumah juga dinilai mampu menangkap semangat zaman serta menunjukkan kapasitas manajerial yang kuat dalam mengelola lembaga. "Semoga segala dedikasi dan perjuangan beliau diterima Allah SWT sebagai amal jariyah. Apa yang ditinggalkan adalah warisan berharga yang harus dilanjutkan oleh putera-puterinya," ungkap Prof. Muhtadi dengan penuh penghormatan.

Sementara itu, momen yang sangat menyentuh hadir ketika Dr. Hj. Istiadah, salah satu kolega dekat almarhumah, menyampaikan testimoni dengan nada emosional dan penuh kekaguman. Dalam pandangannya, Bu Syafiyah adalah pribadi yang berhati mulia dan inspirator sejati, khususnya dalam memperluas cakrawala internasionalisasi kampus. Ia dikenang sebagai tokoh penting di balik suksesnya pelaksanaan TEFLIN 2009, konferensi internasional dalam bidang pengajaran bahasa Inggris yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di UIN Malang dan diikuti peserta dari lima benua.

"Beliau berani mengambil inisiatif menggelar kegiatan sekelas itu, padahal saat itu belum ada tradisi kegiatan internasional di kampus kita. Sosoknya kalem, tetapi penuh keyakinan dan ketegasan," ujar Dr. Istiadah mengenang kepemimpinan almarhumah.

Tak berhenti di situ, Dr. Hj. Syafiyah juga berperan penting dalam membangun kemitraan strategis dengan Deakin University, Australia, melalui program in-country yang memungkinkan mahasiswa asing belajar langsung tentang bahasa dan budaya Indonesia di lingkungan UIN Malang. Ia tidak hanya menjadi figur simbolik, tetapi turun langsung dalam merancang kurikulum, menyusun anggaran, bahkan hingga menentukan menu makanan—sebuah kepemimpinan yang menyeluruh dan membumi.

Dr. Istiadah menambahkan bahwa salah satu keunggulan almarhumah adalah kemampuannya menjembatani perbedaan budaya dan agama, sehingga para mahasiswa asing merasa diterima dan nyaman di lingkungan kampus yang religius. “Saya merasa sangat kehilangan. Meski beliau sudah berpulang, tetapi rasanya Bu Syafiyah masih berada sangat dekat,” tuturnya, nyaris terbata.

Testimoni penuh kesan juga datang dari Prof. Dr. KH. Khudori Sholeh, M.Ag., Pengasuh Pesantren Al Azkiya sekaligus Dewan Asatidz AHAF. Ia menuturkan bahwa perkenalannya dengan sosok Bu Syafiyah bermula dari cerita semasa ia masih menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tambakberas. Nama Ning Syafiyah, yang juga berasal dari keluarga besar Tambakberas, sudah dikenal sebagai sosok cerdas yang melanjutkan studi di Malang. “Saya yang kala itu masih santri mendengar kabar bahwa Ning Syafiyah kuliah di Malang, dan dari sanalah muncul semangat dalam diri saya untuk kuliah juga di Malang,” kenangnya.

Kekaguman Prof. Khudori semakin mendalam ketika melihat keberhasilan Bu Syafiyah menempuh studi lanjut di Australia. Sosoknya menjadi inspirasi kuat dalam perjalanan akademik beliau hingga akhirnya bisa menempuh pendidikan S2 dan S3. “Saya merasa sangat terinspirasi. Bu Syafiyah adalah sosok yang sangat pintar dan berwawasan luas,” ujarnya dengan penuh penghargaan.

Terakhir, testimoni datang dari Wakil Rektor IV Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Munjin Nasih. Ia menceritakan kenangan saat bersama almarhumah dalam satu kloter haji pada tahun 2012 bersama KBIH Al-Falah. Prof. Munjin menceritakan pengalaman selama berinteraksi dengan almarhumah selama berada pada satu kloter rombongan haji.

“Meskipun beliau secara keilmuawan mumpuni, dan secara keturunan adalah terhormat, tetapi tidak menunjukkan bahwa Bu Syafiyah sebagai puteri dari Kyai Besar di Jombang KH. Fattah Hasyim. Namun ia berperilaku sederhana dan sangat humble”, kenangnya terhadap Bu Syafiyah.

Testimoni-testimoni ini bukan sekadar kata-kata perpisahan, melainkan sebuah penghormatan dan penegasan akan makna kehadiran almarhumah dalam kehidupan banyak orang. Kiprah dan keteladanan Bu Syafiyah telah membentuk jejak yang tidak lekang oleh waktu. Ia bukan hanya akademisi dan pendidik, tetapi juga pemimpin visioner, jembatan antarbudaya, serta sosok ibu bangsa yang layak dikenang dalam sejarah pendidikan dan perjuangan perempuan muslim Indonesia.

Semoga segala amal kebaikan yang telah beliau tanam selama hidup menjadi wasilah menuju tempat terbaik di sisi Allah SWT. Dan semoga warisan inspirasi yang ditinggalkan terus tumbuh dalam jiwa para murid, kolega, dan keluarga yang ditinggalkan. (al)

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id