HUMANIORA (17/3/2025) – Bahasa merupakan alat utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa, komunikasi tidak akan berjalan dengan sempurna. Lebih dari sekadar alat tukar informasi, bahasa juga memiliki peran penting dalam dunia sastra. Melalui bahasa, sastra hadir sebagai wadah untuk menangkap, mengungkapkan, dan menyebarkan gagasan, ide, serta pemikiran.
Namun, di tengah tingginya minat siswa sekolah menengah yang memilih jurusan sastra untuk melanjutkan studi, masih banyak anggapan keliru mengenai prospek kerja lulusannya. Tak jarang, lulusan sastra dipandang sebelah mata dan dianggap memiliki peluang karier yang terbatas. Stereotip yang beredar menyebut bahwa lulusan sastra hanya bisa menjadi guru, gemar berpantun, menulis puisi, atau sekadar bercerita. Padahal, realitanya jauh lebih luas.
Mahasiswa sastra tidak hanya berkutat dengan pantun atau puisi, tetapi juga dibekali dengan berbagai keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Mata kuliah yang mereka pelajari mencakup analisis teks, keterampilan menulis, penerjemahan, kajian budaya, hingga strategi komunikasi yang dapat diaplikasikan di berbagai bidang profesional.
Salah satu profesi yang cocok bagi lulusan sastra adalah jurnalis. Kemampuan menulis, menganalisis, dan meramu informasi menjadi berita yang menarik menjadikan mereka kandidat potensial di industri media. Selain itu, bagi mereka yang mendalami bahasa asing, profesi penerjemah atau translator menjadi pilihan karier yang menjanjikan. Permintaan akan penerjemah semakin meningkat, seiring dengan globalisasi dan berkembangnya kerja sama antarnegara.
Tak hanya itu, keterampilan menulis dan berpikir kreatif yang diasah selama perkuliahan membuat lulusan sastra sangat cocok berkarier sebagai copywriter. Profesi ini menuntut kemampuan merangkai kata yang persuasif dan menarik, terutama dalam dunia periklanan dan pemasaran digital.
Lebih jauh, lulusan sastra yang memiliki pengalaman dalam menulis, memecahkan masalah, serta berkolaborasi dalam proyek kreatif juga memiliki peluang besar untuk menjadi marketing manager. Ide-ide segar dalam menyusun strategi pemasaran menjadi nilai tambah bagi mereka yang memiliki latar belakang sastra. Selain itu, banyak lulusan sastra yang kini berkiprah sebagai content manager, baik di platform digital maupun media cetak, di mana mereka bertanggung jawab atas perencanaan, produksi, dan distribusi konten berkualitas.
Dengan berbagai keterampilan yang dimiliki, lulusan sastra tidak hanya terbatas pada profesi-profesi tersebut, tetapi juga dapat menjelajahi berbagai bidang lain seperti public relations, editor, penulis skenario, hingga analis komunikasi. Mereka yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat dengan mudah beradaptasi dengan dinamika dunia kerja yang terus berkembang.
Maka, sudah saatnya pandangan terhadap lulusan sastra berubah. Mereka bukan sekadar penyair atau pencerita, melainkan individu dengan keterampilan komunikasi, analisis, dan kreativitas yang tinggi. Dunia kerja tidak lagi hanya membutuhkan tenaga yang teknis, tetapi juga mereka yang mampu menyampaikan gagasan dengan efektif, berpikir strategis, serta memahami manusia dan budaya melalui bahasa. Inilah keunggulan yang dimiliki lulusan sastra—dan sudah sepatutnya, mereka tidak lagi diremehkan. (tuba)