HUMANIORA – (14/6/2025) Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menampilkan potensi terbaik mereka dalam pementasan drama musikal bertajuk I Am Not the Wicked, Jumat (13/6/2025), di ruang teater Fakultas Humaniora. Pentas ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan kerja kolaboratif mahasiswa mampu melahirkan pertunjukan yang berkualitas dan mengesankan.
Baca juga:
- Humaniora Gelar Sharing Session: Dorong Inovasi Layanan Tenaga Pendidik Lewat Transformasi Digital
- Dikunjungi UIN KHAS Jember, Humaniora Berbagi Tata Kelola dan Penguatan Lembaga
Adaptasi dari musikal terkenal Wicked karya Stephen Schwartz dan Winnie Holzman ini menjadi puncak tugas akhir mata kuliah Basic Analysis of English Drama. Drama disutradarai oleh Achmad Syahrul Hidayatullah dan melibatkan 190 panitia dari kalangan mahasiswa lintas angkatan. Persiapan produksi memakan waktu tiga bulan.
“Kami sangat bersyukur, dari 126 tiket yang disediakan, seluruhnya habis terjual hanya dalam dua minggu,” ujar Ketua Pelaksana, Fingky Kharisa Ramaputri. Ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh tim produksi, dosen pembimbing, serta sponsor yang telah mendukung jalannya acara.
Drama berdurasi 90 menit ini menghadirkan kisah Elphaba, seorang gadis berkulit hijau dengan kekuatan sihir yang kerap dikucilkan. Dalam perjalanannya di Universitas Sihir Shiz, ia bersahabat dengan Glinda, gadis populer yang kemudian terlibat dalam kasus ledakan misterius di Kampung Guci. Konflik membawa Elphaba pada pencarian kebenaran dan perjuangan melawan ketidakadilan.
Dekan Fakultas Humaniora, Dr. M. Faisol, yang turut hadir menyaksikan pementasan tersebut menyampaikan apresiasi atas dedikasi mahasiswa. “Saya sangat senang melihat mahasiswa yang kreatif. Kreativitas adalah modal penting, apalagi jika didukung oleh keterampilan bahasa asing seperti Arab dan Inggris. Keduanya akan membuka banyak peluang, baik di dunia akademik maupun industri kreatif,” ujarnya. Ia berharap agar semangat berkarya terus tumbuh, terlebih dalam menyongsong era digital dan masyarakat 5.0.
Ketua Program Studi Sastra Inggris, Ribut Wahyudi, Ph.D., menyebut pementasan ini bukan hanya menjadi medium apresiasi sastra, tetapi juga latihan konkret kerja profesional. “Pertunjukan ini memperlihatkan bagaimana mahasiswa mampu mewujudkan interpretasi sastra ke dalam panggung yang hidup, estetik, dan komunikatif,” ucapnya.
Tak hanya datang dari dalam kampus, pertunjukan drama turut disaksikan oleh sivitas akademika dan penonton dari luar kampus. Respons penonton pun positif. Banyak yang mengaku terkesan dengan kualitas akting, tata panggung, dan pesan yang disampaikan.
Lebih dari sekadar tugas kuliah, pementasan ini menjadi ruang ekspresi mahasiswa untuk tampil dan tumbuh secara holistik. Fakultas Humaniora mendorong agar kegiatan serupa terus digalakkan sebagai bagian dari pendidikan karakter dan peningkatan kompetensi abad ke-21. (al)