HUMANIORA – (3/5/2025) Dalam khazanah sastra Arab klasik, karya-karya Ibnu al-Muqaffa‘ memiliki posisi penting sebagai teks yang tidak hanya kaya akan nilai kesusasteraan, tetapi juga sarat dengan muatan filosofis. Artikel ilmiah berjudul Philosophical Values in Ibn Al-Muqaffa’s Kitab Al-Adab Al-Shagir and Al-Adab Al-Kabir yang diterbitkan dalam Adabiyah Vol. 25 No. 1 (Juni 2025) mengkaji secara mendalam bagaimana dua kitab terkenal karya Ibnu al-Muqaffa‘ mencerminkan pandangan moral, ketuhanan, kosmologi, dan humanisme. Penelitian ini ditulis oleh lima akademisi dari Indonesia dan Turki: Ahmad Kholil, Moh Ainin, M. Faisol, Ummi Hasanah, dan Aulia Fadhila Wirmansyah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka dan metode analisis kualitatif-deskriptif. Sumber utama berasal dari teks asli kedua kitab yang menjadi objek kajian, sementara sumber sekunder mencakup referensi filsafat dan sastra yang mendukung analisis tematik. Melalui pendekatan analisis isi berperspektif filsafat, para peneliti menggali makna mendalam dari narasi-narasi yang ditulis oleh Ibnu al-Muqaffa‘, terutama dalam hal nilai etika dan moral yang menjadi dasar perilaku manusia.
Dalam Kitab al-Adab al-Shagir dan al-Adab al-Kabir, Ibnu al-Muqaffa‘ tidak hanya menyampaikan adab sebagai sopan santun sosial, melainkan juga sebagai refleksi nilai-nilai moral yang bersumber dari pandangan hidup yang filosofis. Tuhan digambarkan sebagai sumber utama segala wujud, sehingga segala bentuk adab dan perilaku manusia semestinya berakar pada kesadaran akan keberadaan Ilahi. Ini menjadi dasar penting dalam memahami moralitas dalam Islam klasik yang tidak terlepas dari dimensi teologis.
Lebih jauh, karya Ibnu al-Muqaffa‘ merepresentasikan alam semesta sebagai entitas yang merefleksikan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Pandangan ini berkontribusi pada bangunan filsafat kosmologis dalam tradisi pemikiran Arab-Islam. Alam tidak dipandang sebagai benda mati, melainkan sebagai bagian dari sistem keberadaan yang mengandung makna moral dan spiritual. Dengan demikian, manusia dituntut untuk bersikap adil dan bijaksana dalam interaksi dengan sesama makhluk dan lingkungan.
Nilai humanisme juga sangat menonjol dalam karya-karya ini. Manusia dalam pandangan Ibnu al-Muqaffa‘ adalah makhluk yang bebas, tetapi kebebasannya terikat oleh tanggung jawab moral. Ia memiliki akal, hati nurani, dan kewajiban sosial yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip keadilan dan kebajikan. Dengan mengangkat tokoh-tokoh dan kisah-kisah naratif, Ibnu al-Muqaffa‘ menyampaikan ajaran moral secara halus namun mengena, yang dapat diterima oleh berbagai kalangan pembaca.
Kekuatan dari penelitian ini terletak pada kemampuannya menjembatani antara teks klasik dan nilai-nilai filsafat universal. Para penulis tidak hanya menyajikan interpretasi terhadap isi kitab, tetapi juga membuka ruang pemaknaan baru yang kontekstual dengan tantangan etika di masa kini. Pesan moral Ibnu al-Muqaffa‘ tetap relevan dalam membentuk karakter manusia yang beradab, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan.
Artikel ini memiliki kontribusi penting dalam pengembangan kajian sastra dan filsafat Islam. Ia mengajak para akademisi dan pembaca umum untuk melihat karya sastra klasik bukan sekadar sebagai produk masa lalu, tetapi sebagai sumber hikmah yang terus hidup dan memberi inspirasi dalam kehidupan modern. Nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya dapat menjadi panduan dalam membangun masyarakat yang lebih etis dan spiritual. Edisi lengkap dari tulisan ini dapat dilihat: https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/48918. (aii)