Studi Terbaru, Pemaknaan Kritis Tragedi Kanjuruhan oleh Media Global

HUMANIORA - (1/3/2024) Tragedi Sepak Bola Kanjuruan di Malang masih belum hilang dalam pikiran semua orang. Tragedi yang terjadi pada 1 Oktober 2022 ini telah menarik perhatian media nasional dan bahkan media internasional, terutama oleh The New York Times. Insiden ini melibatkan polisi, para pendukung, dan pemerintah, terjadi di tengah dinamika kompleks tindakan dan respons.

Baca juga:

Meskipun tragedi berdarah tersebut tampak terjadi sebagai peristiwa yang sederhana, namun ternyata di baliknya mengungkapkan sebuah kompleksitas tindakan yang direpresentasikan oleh berbagai pelaku dalam sebuah peristiwa. Hal seperti diungkapkan oleh Achmad Arinal Qowim (mahasiswa Prodi Sastra Inggris Fakultas Humaniora) dan Agwin Degaf (Dosen Prodi Sastra Inggris Fakultas Humaniora) melalui sebuah artikel yang berjudul "Kanjuruhan Tragedy in the New York Times: A Critical Discourse Analysis" yang telah dipublis dalam Indonesian Journal of Applied Linguistics UPI Bandung, Volume 13, Nomor 3 (2024).

Dalam jurnal yang terindex Scopus Q2 tersebut, Achmad Arinal Qowim dan Agwin Degaf menyoroti peristiwa tragedi sepak bola kanjuruhan dengan menganalisis representasi media terhadap entitas para pihak yang terlibat dalam peristiwa, dan memeriksa nuansa representasi dalam narasi berita. Keduanya menjadikan media internasioal, yaitu The New York Times, sebagai studi kasus dalam menarasikan peristiwa tersebut.

Seperti diketahui, insiden sepak bola Kanjuruhan ini melibatkan polisi, para pendukung, dan pemerintah, terjadi di tengah dinamika kompleks tindakan dan respons. Artikel ini menguraikan representasi media terhadap entitas-entitas tersebut, memeriksa nuansa representasi dalam narasi berita. Dengan mengadopsi kerangka Critical Discourse Analysis Van Leeuwen (2008), kedua penulis, menggunakan metodologi kualitatif untuk menganalisis bagaimana pelaku sosial digambarkan melalui strategi inklusi dan eksklusi, bersamaan dengan representasi Tindakan Sosial melalui pendekatan tindakan dan reaksi.

Artikel ini mengungkapkan narasi berlapis dalam diskursus berita, menyoroti kompleksitas merepresentasikan berbagai pelaku dalam peristiwa berdampak tinggi. Kesimpulannya, narasi media dalam skenario semacam itu rumit, sering kali dibentuk oleh interaksi peran dan tindakan berbagai pelaku.

Analisis terhadap liputan The New York Times mengungkap bahwa polisi sering digambarkan sebagai penegak keamanan, seringkali menggunakan tindakan seperti melepaskan gas air mata, sementara para pendukung digambarkan sebagai merespons tindakan tersebut dan sangat terdampak oleh tragedi. Pemerintah diwakili sebagai otoritas utama, bertanggung jawab atas penanganan situasi dan konsekuensinya.

Temuan ini menekankan perlunya analisis diskursus yang komprehensif dalam memahami representasi media, menyarankan penelitian masa depan harus memperluas cakupan analisis dengan mengintegrasikan elemen-elemen lebih luas dari kerangka Van Leeuwen dan teori Critical Discourse Analysis lainnya untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam dalam representasi media dalam situasi serupa.

Publikasi artikel ini semakin memperkaya khazanah kajian Critical Discourse Analysis terhadap pemberitaan di media dalam menarasikan sebuah peristiwa. Edisi lengkap artikel dapat dibaca pada https://ejournal.upi.edu/index.php/IJAL/index.

 

Jl. Gajayana 50 Malang 65144 - Jawa Timur - Indonesia

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy+1 (0341) 551354

  • dummy humaniora@uin-malang.ac.id