Pembukaan Festival Puisi yang dilaksanakan Fakultas Humaniora dan Budaya (Hudaya) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berlangsung meriah, acara yang digelar pada malam Minggu tepat di lantai lima gedung Rektorat tersebut berlangsung mulai pukul 20.00 hingga pukul 00.00 WIB kemarin (7/4), tak membuat para penonton yang hadir goyah semangatnya.
Terbukti pada saat pembacaan puisi yang semakin larut, para peserta yang hadir tetap bersemangat menyimak dan mengikuti setiap lantunan Puisi yang dikumandangkan oleh beberapa penyair secara bergiliran dari lima benua, yaitu Eropa, Amerika, Afrika, Australia, dan Asia.
Tepuk tangan yang meriah dan sorak sorai penonton semakin meriah ketika salah satu penyair dari Indonesia membacakan puisinya dengan lantang dan penuh semangat, yaitu Halimi Zuhdy dan Zawawi Imron. Kedua penyair asli Madura tersebut mampu menyulap para penonton larut dalam puisi yang mereka bacakan. “Mungkin ini adalah satu-satunya puisi Bahasa Arab yang dibacakan malam ini,” jelas dosen fakultas Hudaya ini sebelum membacakan puisinya.
Sebelum acara pembacaan puisi yang diikuti oleh empat belas penyair dari berbagai penjuru dunia ini dimulai, Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Imam Suprayogo memberikan sambutan. Menurutnya, Kemampuan sesorang untuk bersastra adalah sebuah bentuk untuk menunjukkan sebuah budaya dan pola pikir para penyair. Selain itu, pembacaan puisi tersebut juga sebagai upaya untuk membangun kemanusiaan yang hakiki. ”Dengan bersastra, semua akan jadi indah,” jelasnya ketika memberikan sambutan yang juga sempat untuk membaca puisi ini.
Selain Rektor, Kepala Dinas Kota Malang juga sempat untuk memberikan sambutan dalam acara yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai jurusan ini. Menurutnya, pelaksanaan pembacaan puisi yang diikuti oleh beberapa penyair ini merupakan sebuah tempat bertemunya para penyai seluruh dunia. ”Selain bersastra dengan puisi, kita juga bisa saling bersilaturrahim antar sesama,” jelasnya didampingi ketua Forum Penyair Internasional Indonesia.
Tak kurang dari 100 penonton yang memadati Aula Rektorat hingga menyesaki setiap jengkal ruangan di Aula, bahkan para penonton sampai meluber hingga ke keluar ruangan. ”Acara seru banget, puisinya penuh makna,” ujar Ihda Nihara Shofia, mahasiswi semester VI jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Praktis, malam itu menjadi lautan manusia yang begitu antusias mengikuti dan mendengarkan lantunan puisi dari berbagai Negara, hal itu terpancar dari ekspresi para penonton ketika dengan serontak mengikuti beberapa puisi dari salah seorang penyair secara serempak penuh khidmat.
Sejak acara diawali penampilan tarian dari Pambuka dan group musik JDFI yang melantunkan nyanyian selamat datang bagi para penyair dan tarian-tarian sebelum acara dimulai hingga pembacaan puisi dari empat belas penyair, para penonton benar-benar hanyut dan serempak bersama sama mendengarkan lantunan puisi penuh penghayatan. (rif)